March 2020

(IN) (EN below)

Sahabat InterSastra,

Apa kabar? Semoga tetap sehat dan kreatif pada masa yang sulit ini. Bulan Maret penuh dengan kecemasan dan ketidakpastian, dengan melonjaknya jumlah kasus Covid-19 dan pemberlakuan kebijakan #DiRumahAja untuk mendatarkan kurva penularan. Banyak kawan-kawan yang bekerja di industri kreatif menjadi terpukul akibat menurunnya kegiatan-kegiatan seni dan sosial; belum lagi, komunitas mitra kami yang mesti terus bekerja dalam keadaan rentan dan tanpa tunjangan sosial.

Kami menjadi semakin sadar akan masalah lingkungan dan kesenjangan sosial di sekitar kami. Jakarta tidak dibangun untuk karantina—air minum saja perlu diantarkan; banyak yang mesti berjualan di luar rumah setiap hari untuk bisa makan, dan supaya kelas menengah bisa diam di rumah, banyak yang mesti terus keluar untuk mengantarkan berbagai kebutuhan mereka. Oleh karena itu, mari kita gunakan waktu ini untuk merenungkan apa yang sungguh penting—untuk komunitas dan diri sendiri—serta apa yang dapat kita lakukan untuk membangun lingkungan yang lebih sehat dan lebih adil bagi semua. Pada bulan April 2020, serial Unrepressed akan menyuguhkan kisah-kisah yang akan membantu kita merenung tentang berbagai krisis kemanusiaan di masa lalu juga bagaimana merajut masa depan yang lebih baik.

Saran dariku yang sudah biasa bekerja di rumah: tetap bangun pagi, mandi, ganti baju, dan siapkan sebuah area khusus untuk bekerja. Pertemuan virtual bisa digunakan tidak hanya untuk meeting, tapi juga untuk bincang buku, melukis bersama, makan atau minum sambil curhat, dan banyak lainnya. InterSastra akan terus mengadakan diskusi sastra di media sosial kami, dan menyelidiki kemungkinan mengadakan kegiatan virtual lainnya. Apabila kawan-kawan punya ide untuk aktivitas yang sebaiknya kami adakan, langsung saja hubungi kami. Kami sangat ingin mendengar bagaimana kawan-kawan menjaga keterhubungan, kreativitas, dan kesehatan fisik dan mental, juga bagaimana seni membantumu bertahan. Ini bisa jadi kesempatan untuk menyatakan kepada pemerintah betapa pentingnya seni bagi hidup orang banyak dan pentingnya dukungan untuk kesenian.

Sejak akhir Februari hingga tengah Maret, saya menjalani secondment bersama SharingStories Foundation, sebuah organisasi yang melestarikan dan menumbuhkan cerita-cerita tradisional dan warisan budaya penduduk asli Australia melalui seni digital mutakhir, seperti augmented reality, animasi dan film digital.

Di Narrm (Melbourne), Kulin Country, kami melihat karya digital beberapa seniman Aboriginal; dari sini saya melihat kemungkinan-kemungkinan yang mampu dicapai oleh InterSastra bila kami bekerja dengan seni digital. Saya juga berkesempatan untuk mengunjungi komunitas Bangerang dan melihat bagaimana SharingStories bekerja sehari-harinya, mulai dari mendengarkan penuturan komunitas tentang proyek yang ingin mereka laksanakan, menyemangati anak-anak untuk terlibat dengan cerita-cerita ini, dan mendiskusikan mengapa menumbuhkan kemampuan setiap orang untuk mengisahkan pengalaman mereka sendiri dan menentukan bagaimana kisah-kisah ini hendak dibagikan menjadi bagian integral dalam pemberdayaan komunitas.

Akhirnya, di Mullumbimby, Bundjalung Country, saya bekerja dengan Taz Miller, direktur program SharingStories, orang paling murah hati dan hangat yang pernah bekerja dengan saya setelah sekian lama, dan saya belajar banyak perihal cara menciptakan sistem untuk penggalangan dana yang lebih efektif dan mengembangkan model untuk yayasan InterSastra yang sedang kami persiapkan. Setiap hari ketika berjalan kaki ke tempat kerja saya menikmati pemandangan indah penuh bukit-bukit hijau dan danau-danau, riuh dengan kicauan burung-burung.

Saya merasa bersyukur atas penempatan saya bekerja dengan SharingStories, yang memahami betapa rumitnya menciptakan latar yang aman dan setara saat bekerja dengan komunitas yang beragam, juga seluk-beluk proses menggunakan seni untuk menciptakan perbaikan sosial—yang juga kami upayakan di InterSastra. Kami pun akan bekerja keras untuk memelihara harapan agar krisis ini tidak merintangi cita-cita kami di masa depan.

unnamed (4).jpg

Kegiatan Fashion ForWords, bekerjasama dengan Federasi Buruh Lintas Pabrik (FBLP), yang sedianya akan diselenggarakan pada bulan April untuk memperingati Fashion Revolution Day, akan ditunda hingga pengumuman lebih lanjut. Acara ini diadakan untuk menyadarkan masyarakat tentang kerentanan buruh dalam rantai produksi dan mendorong fesyen beretika. Sementara itu, dukunglah kerja penting FBLP dalam memetakan kebijakan perusahaan dalam menghadapi Covid-19 dari pengalaman buruh di Jabodetabek, Karawang, dan Serang: https://forms.gle/hiB59P2dyoupnv6e9

Kajian As-Salam Study Club (ASC) tentang Islam, seni, dan kebebasan berekspresi juga akan ditunda. Mitra ASC, Indonesian Conference for Religion and Peace (ICRP), menggalang dana untuk pekerja dan warga yang membutuhkan. Yang ingin berdonasi, bisa lihat info di poster di atas.

Persiapan kami untuk House of the Unsilenced 2020 terus berlanjut, secara virtual. Perempuan—bekerja sebagai perawat, pengurus anak atau lansia, pekerja rumah tangga, pekerja sosial, dan pendidik—berada di garda depan perjuangan mengatasi krisis kesehatan ini, dan termasuk paling rentan. Kami ingin menyampaikan respek kepada mereka, dan kepada semua pekerja kesehatan. Kami pun menyadari, berada di rumah bisa jadi sangat berbahaya bagi perempuan dan mereka yang berisiko mengalami kekerasan domestik. Karantina juga bisa berarti kehilangan pemasukan bagi korban dan penyintas, yang menjadikan situasi mereka semakin sulit. Maka, jangan lupa saling bertanya kabar dan berbagi info terpercaya tentang rumah aman, layanan konseling, dan jasa esensial lainnya.

Dalam solidaritas dan kreativitas, kita temukan harapan untuk melalui masa sulit ini.

Salam hangat,

Eliza Vitri Handayani
Direktur, InterSastra


Friends of InterSastra,

How are you? I hope you are staying healthy and creative in this difficult time. This month of March has been full of anxiety and uncertainty, with a steep increase of Covid-19 cases and the imposition of the stay-at-home policy to flatten the curve of infection. Many of our colleagues who work in the creative industry have been hit hard by the cancellation of various arts and social activities, not to mention members of our partner communities who still have to go to work in vulnerable condition with no social security.

We have become more aware of the environmental problems and social inequity around us. Jakarta is not built for quarantine—our drinking water must be delivered, many people have to go out daily selling door to door to make a living, and for the middle classes to stay at home others have to go out to take care of their daily needs. Let us take this time to reflect on what truly matters—for our community and ourselves, and how we can build a healthier and fairer society, which can keep everyone safe. In April 2020, our Unrepressed series will present stories and poems which can help us reflect on various crises in the past as well as how to weave a better future.

Some tips from me, who is used to working from home: keep to your schedule, shower, put on work clothes, and use a designated area for work. Remember, we can use virtual meetings not just for work but also to discuss books, conduct a knitting group, eat and drink while sharing our concerns, and many more. InterSastra will continue to conduct literary discussions on our social media channels while exploring possibilities of organizing other virtual activities. If you have ideas for activities we can do, please let us know. I am interested to hear how you maintain connection, creativity, and wellbeing, and moreover how the arts are helping you cope. This can be an opportunity to lobby our governments about the essential role of the arts and the need for more arts funding.

Since the end of February to mid March, with support from the Australia Council for the Arts, I was doing a secondment at SharingStories Foundation, which works to improve the wellbeing of Indigenous Australian communities by preserving and growing traditional stories and cultural heritage through cutting-edge digital art forms, such as augmented reality, animation, and digital filmmaking.

With Liz Thompson (left) and Taz Miller (right) from SharingStories Foundation.

With Liz Thompson (left) and Taz Miller (right) from SharingStories Foundation.

In Narrm (Melbourne), Kulin Country, we looked at digital arts produced by Aboriginal Australian artists, and I gained a sense of the possibilities that can be achieved when we at InterSastra start working with digital arts. I also had a chance to visit the Bangerang community in Shepparton, and saw SharingStories’ work in action. Finally, in Mullumbimby, Bundjalung Country, I worked with Taz Miller, SharingStories’ program director, who is the most generous and warmest person I’ve worked with in a long time, and I learned much about setting up a system for more effective fundraising and developing a model for our up-and-coming InterSastra foundation. Everyday when I walked to work I was treated to view of green hills and rivers, with birds chirping up above.

I am grateful for my placement with SharingStories, as they understand the complexity of creating safe and equal settings when working with diverse communities and the intricacies of working with the arts to create community empowerment—which is what we are also trying to do in InterSastra. And we will work hard to hold on to hope and not let this crisis get in the way of our goals for the future.

WhatsApp Image 2020-03-24 at 16.13.50.jpeg

Our Fashion ForWords program, in collaboration with the Inter-Factory Labor Federation (FBLP), which was supposed to be held in April to coincide with Fashion Revolution Day, will be postponed until further notice. The event seeks to raise public awareness on worker’s vulnerability in the supply chain and to push for more ethical fashion. Meanwhile, please support FBLP’s important work in mapping out the policies of various companies in dealing with the Covid-19 pandemic from the perspectives of workers in the greater Jakarta area, Karawang, and Serang by sharing or accessing this link.

As-Salam Study Club (ASC) session on Islam, arts, and freedom of expression is also postponed until further announcement. ASC’s partner Indonesian Conference for Religion and Peace is raising funds to help low-wage workers stay healthy; to donate please send funds to Bank Central Asia, account number 206 663 7899, name on account: Konferensi Indonesia untuk Agama.

We continue to prepare our plans for House of the Unsilenced 2020, virtually. Women—working as nurses, carers, domestic workers, social workers, community organizers, and educators—are in the frontline of this health crisis, and we’d like to acknowledge their dedication and the dedication of all our health workers in battling this pandemic. We are also mindful on how staying at home can be dangerous for women and those whoare at risk of domestic violence. Quarantine can also decrease income for victims and survivors, which further entraps them in their horrible condition. So, don’t forget to check in on each other and share trusted resources for safehouses, counseling, and other essential services.

In solidarity and creativity, we find hope to go through this trying time.

Warmest regards,

Eliza Vitri Handayani
Director, InterSastra

Eliza HandayaniComment