February 2020

(IN) (EN below)

Kepada teman-teman InterSastra,

Tidak terasa, dua bulan pertama pada 2020 telah berlalu. Seperti biasa, kami mengirim selebaran ini kepada semua yang pernah menghadiri acara-acara InterSastra, House of the Unsilenced, atau Fashion ForWords, untuk mengajak kawan-kawan untuk mengetahui perkembangan terbaru dalam komunitas kami, juga untuk kembali turut serta dalam kegiatan-kegiatan kami.

Setelah menangnya film Korea Selatan Parasite yang disutradarai Bong Joon Ho dalam kategori Best Picture dalam penghargaan Oscar, pertama kalinya sebuah film yang tidak berbahasa Inggris menang dalam 92 tahun sejarah Oscar, kami semakin memperkuat komitmen kami untuk mengangkat visibilitas karya sastra dan seni dari Asia dalam skala global.

WhatsApp Image 2020-02-29 at 14.17.20.jpeg

Terkait itu, sebuah kabar gembira: pendiri dan direktur kami, Eliza Vitri Handayani baru saja lulus dari program Arts Leadership yang diadakan oleh Australia Council of the Arts – yang terdiri dari tiga program residensi di Australia dan Indonesia yang diadakan dalam kurun waktu satu tahun.

“Dalam program ini, kami belajar bagaimana menjadi pemimpin dan pegiat seni  yang lebih baik dan bagaimana kepemimpinan kami dapat menjawab tantangan-tantangan yang kami pedulikan. Bagi saya, hal itu antara lain: bagaimana mencapai inklusivitas dalam dunia seni dan mewujudkan masyarakat yang lebih adil secara gender dan sosial,” ujar Eliza.

“Di sana kami juga bertemu dengan penduduk asli Australia – mendengarkan kisah-kisah dari penduduk Aboriginal menginspirasi saya untuk belajar lebih banyak tentang bagaimana mendekolonisasi pikiran dan praktek kerja kita,” tambahnya.

Ia melanjutkan bahwa melalui program ini ia belajar bagaimana ia dapat menciptakan suasana kerja yang penuh semangat bagi rekan-rekan di InterSastra dan bagaimana ia sebagai novelis dan pemimpin organisasi dapat menyentuh semakin banyak orang dan membuka jalan yang lebih luas bagi sesama pegiat seni dan mewujudkan masyarakat yang lebih kreatif dan inklusif, seperti yang dicita-citakan InterSastra.

WhatsApp Image 2020-02-29 at 13.49.03.jpeg

Acara InterSastra di Sydney

Jika kawan-kawan tinggal atau punya kenalan di Sydney, jangan lewatkan acara pembacaan karya dan bincang-bincang bersama Eliza Vitri Handayani, editor terjemahan InterSastra Tiffany Tsao, dan salah satu penulis InterSastra Julie Koh. Mereka akan membahas tentang kerjasama lintas bahasa dan negara, bagaimana cara mendirikan dan mengelola sebuah inisiatif seni dan sastra independen, dan upaya mencapai inklusivitas dalam dunia seni. Catat tanggalnya: Sabtu, 14 Maret 2020, 6:30-8:00 malam, Better Read Than Dead bookshop, 265 King St, Newport, NSW.

TERBITAN INTERSASTRA MARET 2020

Bulan Maret mendatang, terbitan InterSastra mengusung tema sejarah Indonesia, terutama yang terkait dengan masalah hak asasi manusia. Tulisan-tulisan yang akan datang mencakup cerita pendek karya Dias Novita Wuri yang diterjemahkan oleh Julia Winterflood, karya Aprila Wayar yang diterjemahkan oleh Nataya Bagya, dan masih banyak lagi. Kisah-kisah ini menggugah permenungan soal apa artinya menjadi orang Indonesia.

Lukisan: She is Papua (Dewi Candraningrum: acrylic on 50x60cm canvas, 2015.

Lukisan: She is Papua (Dewi Candraningrum: acrylic on 50x60cm canvas, 2015.

FASHION DAN RUU OMNIBUS CILAKA

Apakah teman-teman tertarik dengan fashion dan/atau isu buruh – terutama soal kehidupan buruh garmen yang sekarang ramai dibicarakan dalam konteks RUU Omnibus Cipta Lapangan Kerja yang banyak dikecam karena melanggar hak-hak para pekerja? 

Dalam waktu dekat, Fashion ForWords dan Federasi Buruh Lintas Pabrik (FBLP) hendak meluncurkan koleksi baru, sekaligus menjadi ajang bagi para buruh untuk merebut ruang berkarya dan menceritakan sendiri pengalaman, kebolehan, dan impian mereka sebagai buruh dan individu.

Apabila teman-teman tertarik untuk magang dalam kegiatan tersebut, mulai dari mengelola konten media sosial hingga penyelenggaraan acara, mohon kirimkan surat motivasi beserta CV ke intersastra@gmail.com.

Sejak Januari 2020 yang lalu, InterSastra telah memiliki beberapa anggota tim baru yang menangani beberapa tugas organisasi dan kami akan memperkenalkan mereka satu per satu.  

Bulan ini, mari berkenalan dengan Gaia Khairina, yang bertindak sebagai koordinator kemitraan, serta Julia Winterflood sebagai koordinator situsweb.

Nama Gaia mungkin mengingatkan kawan-kawan akan  dewi bumi dalam mitologi Yunani. Kini dia bekerja sebagai peneliti di bidang lingkungan, sesuai dengan ketertarikannya pada Gaia pada isu lingkungan dan sistem ekonomi dan sosial global. Ia pun menulis puisi dan menyukai seni, videografi, dan pertunjukan

"Saya tidak ingin membaca cerita-cerita yang melulu bicara soal petualangan atau percintaan laki-laki," kata Gaia soal mengapa ia bergabung dengan InterSastra, "saya ingin membaca cerita mengenai pengalaman perempuan, kisah-kisah mistis, kisah-kisah soal keterasingan, kemurkaan atau kesepian – yang membicarakan tentang kenyataan hidup di awal abad ke 21 yang membingungkan, menekan tetapi juga sekaligus penuh keindahan." Terbitan-terbitan InterSastra menjawab dambaannya itu.

Sementara, Julia pernah bekerja beberapa tahun sebagai koordinator media internasional untuk gelaran Ubud Writers and Readers Festival di Bali. Kini ia bekerja sebagai konsultan pemasaran dan kehumasan lepasan, sambil meniti kariernya sebagai penerjemah sastra dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris.

“Saya banyak membaca sastra Indonesia, esai, karya tulis, serta terjemahan sastra selama enam tahun terakhir. Saat ini, saya sangat mengagumi karya – sekaligus aktivisme – penulis seperti Norman Erikson Pasaribu, Eliza Vitri Handayani, Tiffany Tsao, Feby Indirani, dan Kadek Sonia Piscayanti,” ujar Julia.

“Saya sangat kagum dan bersyukur pada mereka, karena telah membuka pandangan saya terhadap negeri ini melalui dunia karya tulis dan alih bahasa. Sungguh menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya, bisa menjadi bagian terkecil dari komunitas yang telah mereka rintis selama ini. Bergabung dengan InterSastra merupakan selangkah lebih maju dari mimpi saya untuk menjadi penerjemah karya tulis,” tutupnya.

Ingin bergabung dengan tim kami yang dapat membantumu mengembangkan kapasitas? Kami masih mencari relawan untuk menangani media sosial InterSastra dan House of the Unsilenced. Kirimkan surat motivasi dan CV ke intersastra@gmail.com.

Penundaan As-Salam Study Club

Dikarenakan banjir, maka dengan menyesal pertemuan kajian As-Salam Study Club – organisasi saudara kami – mengenai Islam, Seni, dan Kebebasan Berkespresi yang sedianya diadakan Sabtu 8 Februari 2020 pukul 13-16 WIB bersama Ustadzah Musdah Mulia harus diundur ke Sabtu, 21 Maret 2020 pada jam yang sama, di kantor Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Jl. Cempaka Putih Barat XXI No. 34, RT 5/RW 12, Jakarta Pusat. 

Bagi yang telah mengisi formulir pendaftaran bulan lalu tinggal hadir saja, bagi teman-teman yang kemarin ingin hadir tapi berhalangan, masih dapat mengisi formulir pendaftaran di bit.ly/assalamstudyclub.

Sampai jumpa bulan depan!


(EN)

To friends of InterSastra,

Time flies fast and the first two months of 2020 have already passed. We would like to share this newsletter to those of you who have attended events by InterSastra, House of the Unsilenced, or Fashion ForWords to let you know of the latest developments in our community, while also inviting you to join our activities.

After South Korean film Parasite (directed by Bong Joon Ho) won the Oscar's best picture, the first non-English-language film to do so in its 92-year history, we have strengthened our commitment to help make Asian literary and art works more visible on a global scale.

On that note, some very happy news: our founder and director Eliza Vitri Handayani has just graduated from the Australia Council for the Arts’ Arts Leadership Program – comprising three residencies in Australia and Indonesia, which were held within a period of one year.

WhatsApp Image 2020-02-29 at 14.47.47.jpeg

“In this program, we learn how to be a better artist in our field, and a better leader and advocate for the issues we care about. For me, those include how to achieve true inclusivity in the arts (meaningful representation, true agency of voice for all, access to arts education and creative spaces, etc.) and how to realize a fairer and more equal society,” Eliza said.

“We also talked with some Indigenous Australian artists – to hear stories from the Elders have been very inspiring to me to learn more about how to decolonize our thinking and ways of working," she added.

She continued that by joining the program she has learned how to create a better working environment for InterSastra's team and how she as a novelist and a leader can open ways for other artists, in order to achieve a more creative and inclusive society, in line with InterSastra's goals.

UNREPRESSED.png

INTERSASTRA IN SYDNEY, AUSTRALIA

If you live or have friends in Sydney, don't miss readings and conversation with Eliza Vitri Handayani, our translation editor Tiffany Tsao, and one of Unrepressed's writers Julie Koh. In addition to reading from their contributions to the series, Eliza, Tiffany and Julie will talk about what it takes to start and maintain a literary initiative, their experiences in cross-cultural and cross-linguistic collaboration, and working to achieve inclusivity in the arts.

Saturday, 14 March 2020, 6:30-8:00 pm, Better Read Than Dead bookshop, 265 King St, Newport, NSW.

STORIES AND POEMS PUBLISHED IN MARCH 2020

In March, InterSastra’s publications focus on Indonesian history, particularly its human rights dimension. Among others, look forward to a short story by famous Papuan writer Aprila Wayar (translated by Nataya Bagya) and by a very exciting emerging writer Dias Novita Wuri (translated by Julia Winterflood).

Image: Ianfu in Broken Green Kebaya (Dewi Candraningrum: acrylic on 50x60cm canvas, 2019).

Image: Ianfu in Broken Green Kebaya (Dewi Candraningrum: acrylic on 50x60cm canvas, 2019).

FASHION AND THE OMNIBUS DRAFT LAW

Are you interested in fashion and/or labor issues – especially to understand more about the lives of Indonesian factory workers within the context of the contentious Omnibus Law on Job Creation, which infringes on workers' rights?

Soon, Fashion ForWords and the Inter-Factory Labor Federation (FBLP) will launch a new collection, which is also an opportunity for the workers to claim creative space and tell their own stories of their experiences and dreams as workers and individuals.

Should you be interested to intern in the program – starting from handling social media contents to event organization, please send your letter of intent and CV to intersastra@gmail.com.

Finally, we’d like to introduce our new members:

As you may have read already, in January 2020 we have welcomed new members onboard, handling various organizational tasks. We will introduce them one by one, and this month we would like to introduce you to Gaia Khairina, our partnership coordinator, and Julia Winterflood, our website coordinator.

Gaia, whose namesake is the Greek Earth Goddess, currently works as an environmental researcher. Her interest in environmental issues intersects with social and economic affairs. She also writers poetry and enjoys videography and performing arts.

“I didn’t want stories centered on a man’s romance or adventure. I wanted women’s stories. I wanted mystical stories. I wanted stories about alienation, or rage, or loneliness. Stories that describe the crashing, lovely, confusing, existentialist living at the beginning of the twenty first century,” she said, adding that stories published by InterSastra had fulfilled these longings in her.

Julia, meanwhile, worked for several years as Ubud Writers & Readers Festival’s international media coordinator. Now she works as a freelance writer, editor, and media consultant, while building her career as a literary translator of Indonesian to English.

“I’ve been reading Indonesian literature and essays – original works and English translations – for the past six years. During this time, I’ve grown to love and admire the words – and activism – of writers such as Norman Erikson Pasaribu, Eliza Vitri Handayani, Tiffany Tsao, Feby Indirani, and Kadek Sonia Piscayanti,” Julia said.

“They’ve taught me an enormous amount about this country, and the crafts of writing and translation, and for this I am deeply grateful. Being a small part of a community that they’ve built and contribute to is, for me, a great honor. Joining InterSastra feels like a step towards my dream of becoming a literary translator,” she added.

If you want to join our team as a social media coordinator for InterSastra or House of the Unsilenced, please send a letter of motivation and your CV to intersastra@gmail.com.

As-Salam Study Club’s been rescheduled

Due to a flash flood in early February 2020, we had to postpone the As-Salam Study Club's – our sister organization – discussion on Islam, Arts, and Freedom of Expression with Ustadzah Musdah Mulia. The discussion has been rescheduled to Saturday, March 21 at 1-4 pm at the Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Jl. Cempaka Putih Barat XXI No. 34, RT 5/RW 12, Central Jakarta.

For those of you who have submitted a registration form last month, you can just show up. For those of you who haven’t had a chance yet still want to join the discussion, please register at bit.ly/assalamstudyclub.

Thank you, and see you next month!

Eliza HandayaniComment