Literary Souvenirs

Dengan penuh semangat, InterSastra mengumumkan koleksi Oleh-oleh Sastra.

Koleksi ini berisi terjemahan karya penulis luar biasa yang kita temui dalam perjalanan dan pengembaraan.

Kawan-kawan yang ingin mengirim terjemahan untuk meramaikan koleksi ini, langsung saja alamatkan ke intersastra[at]gmail.com.

Koleksi ini memberikan kesempatan kepadamu untuk merekomendasikan penulis yang sempat kamu jumpai. Sertakan karya sumber dan terjemahan, serta sekelumit cerita atau wawancara tentang pertemuanmu dengan penulisnya, dan bagaimana kami bisa menghubunginya.

Karya berbahasa Indonesia atau daerah diterjemahkan ke bahasa Inggris; karya berbahasa asing diterjemahkan ke bahasa Indonesia.

Selamat membaca!


Literary Souvenirs is a series of short literary works by the amazing writers we meet in our travels.

This series also gives translators and readers the opportunity to recommend authors to us. Contribute works to this series by sending your translation to intersastra[at]gmail.com. Please include the original work, tell us a little about your meeting with the author and how to reach them.

Works in Bahasa Indonesia or Indonesian regional languages should be translated into English, and works in English or other non-Indonesian languages should be translated into Indonesian.

Thank you, and happy reading!

 

 

#OleholehSastra

#LITERARYSOUVENIRS


DAFTAR ISI | CONTENTS

Deborah Emmanuel, "Ritual Pemberontak". Diterjemahkan oleh Eliza Vitri Handayani.

Deborah tertangkap menggunakan narkoba dan dijebloskan ke penjara. Kata aparat, demi rehabilitasi. Namun, benarkah penjara jalan yang benar menuju rehabilitasi?

Hong Ying, 3 sajak

Mencintai seseorang
Menjadi sebuah mimpi
Hampa yang lebih raya dibanding tiada mimpi

Notte de la luna by Milo Mingo

Notte de la luna by Milo Mingo

Basuki Gunawan, 5 sajak. Diterjemahkan oleh David Colmer.

I fill the earth with my song
I stab mankind with my plea

Sofie Laguna, "Hester dan Dunia Luar". Diterjemahkan oleh Eliza Vitri Handayani.

Hester dikurung di rumah oleh kedua orangtuanya karena ia memiliki disabilitas mental. Namun, siapa yang bisa mengira keajaiban imajinasi dalam benaknya?

Eliza HandayaniComment