Citarasa Air

Nhã Thuyên

Diterjemahkan oleh Eliza Vitri Handayani
dari versi bahasa Inggris karya Nguyễn-Hoàng Quyên

 

teruntuk semua ikan mati di seluruh dunia

 

 

air sungai ini bercampur dengan arus laut, asin, sepertimu, gurih menggigit, suara chàng tidak menyamarkan nada penyesalan yang lembut, aku membenamkan wajahku ke dunia lidah berlimpah garam, menunggu feri yang membawa kita ke seberang, memulangkan ke kota sepasang manusia yang tersasar sementara, wajahmu merekah jadi vagina, rayuan semanis madu tumpah hanya karena kita pernah mengigau ketika tidur berdampingan entah kapan, kita butuh beberapa kata sifat untuk meresapi citarasa air ini, jika tidak kita akan lupa, seperti apa rasanya, apakah kau ingin jadi lebih dekat ke laut atau lebih dekat ke sungai, kata ayahku, mulailah dengan sungai, sungai itu murni, akrab, aman, arus air tawar jinak, hambar, tenang, tapi kalau kita bicara tentang air tawar, setawar apa, aku menyela, hanya laut yang cukup luas untuk hidup mimpi-mimpi, arus air asin bergelora, liar, mengasyikkan, berisik, ayah menyambung, hidup di perairan kita, tidak ada cara lain kecuali mengambang, beribu-ribu kilometer garis pantai, apa lagi yang bisa kita lakukan, kataku pada chàng, aku belum tahu seperti apa rasanya sungguh-sungguh mengambang, aku tak bisa berenang, untuk menikmati citarasa air ini, berdamailah dengannya, jangan melawan, lepaskanlah, kata chàng, kau akan cecap sendiri citarasa air tidak berakhir di lidah tapi mengalir dan mengawetkan dan selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun mengikis sudut hati kita, aku terombang-ambing, meledak terbahak, aku muak akan metafora, apa yang berakhir, apa yang membanjir, apa yang asam-manis, apa yang mengikis, apa itu hati, metafora non-ilmiah yang sering terucap, aku lebih berminat pada kata-kata sifat, ya, dalam bahasa vietnam aku bisa saja mengatakan kata-kata sifat, plural, tak ada yang dapat menyalahkanku soal ketelitian tata bahasa, tetapi aku juga tak yakin kata-kata sifat adalah frasa nomina yang seluruhnya benar secara tata bahasa, frasa ini jelas membutuhkan kata sifat yang menyertainya, kata-kata sifat apa, diam-diam aku mengutuki kekacauan berbahasa yang berbelit-belit, aku tak suka menggunakan kata-kata sifat untuk menamakan sungai atau laut, kata sifat itu sebenarnya adalah kata benda, aku lebih khawatir soal ihwal kata sifat, kedengarannya menyedihkan, ihwal, takdir, kodrat, tawa dari tenggorokan timbul entah dari mana, kulihat wajah chàng kuyup, akan lebih ajaib jika wajahmu merekah jadi vagina, ya kan, tapi aku nyaris putus asa belajar berenang, kataku, sebab air harus jadi entah tawar atau asin, kata-kata sifat itu lantas menjadi takdir air itu, atau sebaliknya, air menjadi takdir kata-kata sifat itu, apa itu ihwal, takdir, kodrat, apa itu air tanpa atribut yang dilekatkan kepadanya, apa itu sesal apa itu senang, apakah, tanyaku, perairan ini, penuh luka atau suka, kata-kata sifat, ihwal kata sifat, kapankah aku selesai menjadi asin di lidahmu, tanyaku dalam mimpi, chàng selesai berselancar di wajahku yang basah kuyup, katanya lidahku terbakar, katanya sesekali aku butuh sungai sesekali aku butuh laut, mengapa kita mesti mengotak-ngotakkan yang mana sungai yang mana laut, aku dibuat bingung oleh bahasa chàng, aku bergulat untuk memahami ihwal kebingungan, apakah aku lebih dekat kepada sungai atau laut, di manakah aku di tengah ombak-ombak itu, dan citarasaku, di lidah chàng, sungai atau laut, kapankah sungai, kapankah laut, kapankah sungai hanyalah sungai dan laut hanyalah laut, kapankah, akankah aku, sungai, laut, perairan-perairan ini, berhenti memikul takdir, ihwal, kodrat, kata sifat, tawar, asin, mengambang, membanjir, melimpah, mengalir, murni, jinak, berombak, berpusar, membadai, mengambang beriak mengamuk, kapankah ia hanya penuh sesal dan senang, suka dan luka, benarkah, hidup di perairan kita, perairanku, tak ada jalan lain kecuali mengambang, beribu-ribu kilometer garis pantai, adakah jalan lain, kataku pada chàng, aku belum tahu seperti apa rasanya sungguh-sungguh mengambang, aku dan chàng, apakah kami telah sungguh-sungguh mengambang, naik kapal feri kerdil yang menghubungkan jalan-jalan dan sebuah pulau yang terlalu kecil bagi kita yang ingin selamanya melupakan diri, jalan-jalan yang segera memutar kembali, derita yang datang untuk dilupakan, bagaimana mungkin bisa lupa, tapi mengambang selamanya untuk apa, tawa dari tenggorokan timbul entah dari mana, hanya untuk mengambang, untuk mencicipi citarasa air di sini dan di sana, untuk berdamai, berhenti melawan, hingga akhir tak akan datang, hingga aku tahu apakah air itu asin atau tawar, atau gurih menggigit, apakah tubuhku asin atau tawar, atau pada akhirnya tak berasa, lidahku terpuntir, duka datang tiba-tiba, tak berasa, adalah ihwal yang paling hampa asa, kodrat, takdir air, adalah akhir, kata sifat yang bukan kata sifat, kata sifat haram jadah, kata sifat yatim piatu, kata sifat yang menenggelamkan diri sendiri, kata sifat mati yang hanyut dalam semesta lupa, aku terus saja terperangah, aku kehilangan akal bagai kata sifat kehilangan takdir, lalu apakah chàng mesti memilih kata sifat yang lebih dekat kepada laut atau lebih dekat kepada sungai, dan citarasa gurih menggigit itu, apakah itu takdir sungai atau laut?

 

 

 

* chàng adalah kata ganti orang kedua atau orang ketiga, digunakan oleh perempuan untuk menyapa laki-laki, ragam sastrawi

 

Versi berbahasa Inggris dan versi asli berbahasa Vietnam bisa dibaca di Cha: An Asian Literary Journal.


Đinh Trường Chinh

Đinh Trường Chinh

NHÃ THUYÊN menulis, menerjemahkan, menyunting buku, dan sesekali mengadakan kegiatan bersama teman-teman. Ia telah menerbitkan beberapa kumpulan puisi, cerpen, dan buku-buku mungil untuk anak-anak. Bersama Kaitlin Rees, ia mendirikan AJAR Press, sebuah majalah dan penerbitan sastra dan seni dwibahasa. Mereka juga mengadakan A-Festival, sebuah festival puisi di Vietnam. Bukunya yang teranyar berjudul words breathe, creatures of elsewhere (từ thở, những người lạ), diterbitkan di Vietnam oleh Nha Nam Press, dan diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Kaitlin Rees (Vagabond Press).

Jayden Linh Nguyen & Nhat Q. Vo

Jayden Linh Nguyen & Nhat Q. Vo

NGUYỄN-HOÀNG QUYÊN adalah penulis dan penerjemah yang terdampar atau mengambang di ruang yang antara.

Dewi Candraningrum

Dewi Candraningrum

ELIZA VITRI HANDAYANI adalah penulis fiksi dan nonfiksi kreatif, penerjemah, editor, pendiri InterSastra; seorang yang senantiasa berupaya memupuk keberanian dan kreativitas untuk bercerita.

THIS POEM IS PUBLISHED AS PART OF INTERSASTRA’S UNREPRESSED SERIES.

#Unrepressed

#InterSastra